
Sumenep — Di tengah suasana reflektif peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025, kabar duka menyelimuti dunia pendidikan Kabupaten Sumenep. Diajeng Tirta Sari Dewi, siswi kelas VIII SMPN 1 Kalianget, menjadi korban meninggal dunia dalam tragedi ledakan tabung gas elpiji yang terjadi Kamis pagi (1/5) di kediamannya di Dusun Lojikantang, Desa Kalianget Barat.
Diajeng dikenal sebagai pelajar yang rajin, berprestasi, dan penuh semangat membantu keluarga. Ia sering membantu orang tuanya menjual balon, bahkan sesekali membawa dagangannya ke sekolah. Semangat belajarnya tak pernah padam meskipun kondisi ekonomi keluarganya sederhana.
Tragedi ini terjadi sehari menjelang peringatan Hardiknas, momen yang sejatinya menjadi refleksi bagi bangsa untuk meneguhkan kembali pentingnya pendidikan yang bermartabat, aman, dan merata bagi semua anak Indonesia.
Dalam insiden yang terjadi pukul 08.30 WIB tersebut, rumah keluarga Slamet Riyadi—ayah Diajeng—hangus dilalap api akibat ledakan yang diduga berasal dari tabung gas elpiji yang digunakan untuk mengisi balon udara. Diajeng meninggal dunia di tempat karena luka bakar serius, sementara empat anggota keluarganya mengalami luka ringan hingga sedang, termasuk adiknya Annas Maulana Alfatih yang masih dirawat intensif di RSI Garam Kalianget.
Kepala Satpol PP Sumenep melalui Kabid Damkar, Sugiyanto, mengimbau masyarakat agar tidak lagi menggunakan tabung gas untuk keperluan yang membahayakan, seperti pengisian balon. Tim Damkar yang tiba pukul 08.50 WIB berhasil memadamkan api dan melakukan penyisiran area untuk mencegah kebakaran susulan.
“Peristiwa ini menjadi pengingat pahit bahwa anak-anak Indonesia, seperti Diajeng, masih menghadapi risiko besar bahkan ketika mereka berjuang keras mengenyam pendidikan, Kami kehilangan anak yang luar biasa. Diajeng selalu aktif di kelas dan tak pernah malu membantu orang tuanya“ ujar Diana Wati salah satu guru Diajeng di SMPN 1 Kalianget.
Peringatan Hardiknas tahun ini seharusnya menjadi pengingat bahwa pendidikan yang inklusif dan aman harus menjadi prioritas bersama, termasuk memastikan anak-anak dari keluarga prasejahtera mendapatkan perlindungan yang layak untuk bisa belajar tanpa harus mempertaruhkan keselamatan hidup mereka.
Semangat juang Diajeng menjadi cermin dari cita-cita besar Ki Hadjar Dewantara: pendidikan yang membebaskan, memberdayakan, dan tidak meninggalkan siapa pun di belakang.(red)