
Setiap 1 Mei, bangsa ini kembali diingatkan pada peran vital kaum pekerja dalam membangun fondasi ekonomi dan sosial. Hari Buruh Nasional bukan sekadar seremoni, melainkan momentum reflektif untuk meninjau ulang relasi antara tenaga kerja, teknologi, dan kebijakan publik. Bagi kalangan akademisi, khususnya yang berkecimpung dalam ranah teknologi dan pendidikan, hari ini juga menjadi panggilan untuk menyumbangkan pemikiran kritis dan solusi nyata demi kemajuan kelas pekerja di era disrupsi.
Revolusi Industri 4.0 yang berkembang menuju Industri 5.0 telah membawa transformasi besar dalam dunia kerja. Otomasi, kecerdasan buatan, dan integrasi sistem siber-fisik menjanjikan efisiensi, tetapi sekaligus menimbulkan kecemasan akan hilangnya lapangan kerja tradisional. Dalam konteks ini, pekerja bukan hanya membutuhkan perlindungan, tetapi juga pemberdayaan melalui peningkatan kapasitas dan literasi teknologi. Pendidikan vokasi, pelatihan berbasis industri, dan pengembangan soft skills harus menjadi agenda prioritas nasional.
Kampus dan lembaga riset memiliki peran strategis sebagai katalis dalam transformasi ini. Melalui kolaborasi lintas sektor, akademisi dapat merumuskan kebijakan ketenagakerjaan yang berbasis data, adil secara sosial, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Selain itu, dunia akademik juga wajib menjadi ruang etik yang menjaga agar teknologi tidak menjadikan manusia sebagai korban efisiensi semata.
Momentum Hari Buruh seharusnya menjadi refleksi bersama bahwa kemajuan teknologi tanpa keadilan sosial adalah ilusi. Pekerja bukanlah sekadar roda produksi, melainkan subjek pembangunan yang harus diberi ruang untuk tumbuh, belajar, dan bermartabat.
Selamat Hari Buruh Nasional. Saatnya kita membangun ekosistem kerja yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.